Proses Cuci Darah yang Saya Jalani

Hari Minggu, hari yang cerah untuk pergi main. Tapi karena status Pandemi Bandung lagi zona Merah terpaksa diam di rumah saja. Untuk saya yang rutin bolak balik rumah sakit seminggu dua kali, alangkah baiknya untuk lebih menjaga kesehatan dengan cara diam di rumah, karena kalau badan panas sedikit urusannya IGD dan ruang Isolasi. Standar baku rumah sakit di masa pandemi seperti sekarang ini memang demikian.

Banyak teman-teman yang bertanya bagaimana proses cuci darah itu, atau dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan istilah Hemodialisa/Hemodialisis kemudian kita singkat HD. Di tulisan saya ini akan saya jelaskan berdasarkan pengalaman saya sendiri karena pengalaman tiap pasien HD berbeda. Oke kita cerita dari awal dulu yah. Pertama kali saya HD, saya diakses (ditusuk jarum AV Fistula) melalui femoral (selangkangan kaki) sebelah kanan. Mengapa melalui selangkangan? itu adalah akses paling gampang untuk pasien HD baru. Untuk Pasien yang sudah lama aksesnya adalah melalui AV Shunt (nanti saya jelaskan).

Jarum Akses Fistula & Akses Femoral

Jadi satu jarum di selangkangan, satu jarumnya lagi di tangan sebelah kiri. Satu untuk jalur keluar darah kearah mesin HD, satu untuk jalur masuk darah dari mesin HD kembali ke tubuh. HD pertama saya jalani selama tiga jam. Dan tidak boleh bergerak sama sekali. Sekali bergerak maka alarm mesin HD akan menyala tanda bahwa aliran darah bermasalah. Karena dulu pas pertama HD berat badan saya cukup berat, 98 Kg, perawat kesulitan mengakses selangkangan saya karena paha yang terlalu tebal oleh daging dan lemak tubuh. Akhirnya dokter menyarankan saya untuk dipasang alat di leher yang bernama CDL ( Catheter Double Lumen) . Awalnya saya menolak dengan keras karena yang ada dipikiran saya waktu itu adalah leher saya akan dilubangi seperti halnya orang yang sakit karena merokok. Setelah dibujuk dan diyakinkan bahwa tidak akan sampai bolong dan tidak akan sakit, saya menyanggupinya. Hari sabtu , 18 Juli 2020 saya masuk ruang operasi untuk dipasang CDL. Operasi berjalan kurang lebih dua jam dengan bius lokal hanya dileher saja jadi selama proses operasi saya benar-benar merasakan bagaimana dinginnya pisau kecil operasi menyatat dan masuk ke leher saya, lalu CDL dimasukkan pelan-pelan menembus jantung kemudian dijahit kembali.

Selang CDL – Ilustrasi CDL – Saya setelah dipasang CDL

Satu minggu berlalu, saya masuk rumah sakit lagi untuk HD kedua yang sudah mulai ujicoba menggunakan CDL. Alhamdulillah akses melalui CDL berjalan lancar dan benar, akses CDL benar-benar tidak terasa sakit karena tidak ada jarum yang ditusukan ke badan.

Akses via CDL itu adalah akses sementara, karena CDL rawan menyebabkan infeksi. Kalau sampai terjadi infeksi sangat berbahaya. Dan ternyata benar, di minggu ketiga, ketika proses HD berjalan, badan saya menggigil, sangat-sangat mengigil. Kalau teman-teman bisa membayangkan dinginnya direndam dalam air penuh es batu, dinginnya lebih dari itu. sangat dingin tak tertahankan. Saya panggil perawat, kepala perawat menyimpulkan bahwa saya mengalami infeksi karena CDLnya terkena air. Mungkin tidak sengaja pas saya mandi. Tanpa pikir panjang perawat mencabut CDL saya, sangat terasa sekali ketika perlahan-lahan selang itu maju keluar dari leher saja, geli campur linu.

Akses HD yang benar-benar permanen itu adalah akses melalui AV Shunt. singkatnya yang saya tahu, AV Shunt itu adalah akses HD melalui tangan (kanan/kiri) dimana Arteri dan Vena kita dipotong dan disatukan agar aliran darah menjadi lebih deras untuk kemudian akan digunakan untuk akses mesin HD ke tubuh kita.
Jadi selang satu minggu saya menjalankan operasi CDL, saya masuk ruang operasi kembali untuk dilakukan operasi AV Shunt. Sama, operasi ini dilakukan dengan bius lokal jadi saya bisa merasakan urat-urat tangan saya ditarik-tarik untuk kemudian dilakukan proses penyambungan. AV Shunt baru bisa digunakan kalau sudah satu bulan, sementara akses CDL saya sudah dicabut, akhirnya dengan terpaksa saya kembali diakses melalui femoral (selangkangan), kurang lebih selama satu bulan.

Akhirnya setelah satu bulan, dan getaran arus darah AV shunt sudah dinyatakan bagus, maka dilakukan uji coba akses via AV shunt. Proses HD dilakukan selama lima jam. Alhamdulillah berjalan lancar tanpa ada darah yang rembes keluar. Untuk HD hari-hari berikutnya AV shunt saya sudah bisa digunakan. Sampai sekarang. Jadi kalau nanti teman-teman bertemu saya dan melihat ada dua titik di tangan kiri dalam saya, jangan aneh yah, itu adalah jalur akses HD saya yang sekarang. Tapi mudah-mudahan bukan untuk selamanya.

Saya banyak belajar dan bersyukur, lalu sering merenung, betapa hebatnya Alloh menciptakan organ tubuh manusia dengan segala fungsinya, lalu kemudian ilmu pengetahuan menyusulnya dengan membuat alat yang “minimal” bisa menyamai kemampuan organ tubuh tersebut.

Mesin “Ginjal Buatan”

Saya selalu berkata dalam hati “ginjal manusia kalau dibuat mesin jadi segede gini yah…Subhanalloh, ginjal kita hanya sebesar kepalan tangan tapi fungsinya luar biasa. Jadi, sebelum terlambat, ayo jaga organ tubuh kita dengan baik. Semoga teman-teman selalu sehat, bahagia, lahir dan bathin.

Terima kasih. Mohon maaf kalau ada sebagian foto yang membuat teman-teman merasa ngilu dan terganggu.



9 thoughts on “Proses Cuci Darah yang Saya Jalani

    • Aamiin ya robbal alamin. Hatur nuhun Dan….Dani ge moga sehat selalu usahanya selalu dilancarkan dan makin maju.

  1. hai kak, saya juga pasien HD karena hipertensi.. gimana kondisinya skrg kak? semangat terus ya kak. semoga kita semua bisa sehat.. aamiin

    • Hai juga, alhamdulillah kondisi saya sekarang jauh lebih baik, malah bisa dibilang lebih sehat dibanding sebelum HD. Tetap semangat juga yah, semoga makin sehat dan hidup lebih berkualitas, terima kasih kak.

  2. sehat terus bang ado, terima kasih buat ceritanya, sy kembali diingatkan untuk jaga pola hidup sehat, krn selama ini amburadul pola hidup saya.

    • aamiin ya robbal alamin. sama2 kang. Iya harus terus menjaga pola hidup sehat biar kualitas hidup juga lebih baik. sehat selalu kang.

Leave a comment